SOSIALISME: SATU-SATUNYA MASA DEPAN YANG LAYAK BAGI UMAT MANUSIA

SOSIALISME: SATU-SATUNYA MASA DEPAN YANG LAYAK BAGI UMAT MANUSIA


Oleh : Irina Malenko (Penulis buku Sovietica)

Diterjemahkan oleh : Bung AEN

            Sepuluh tahun yang lalu saya pernah menulis sebuah buku, sebuah buku yang bercerita tentang keseharian sebuah keluarga di masyarakat sosialis. Saya sendiri lahir dan tumbuh di Uni Soviet hingga pada akhirnya saya sekeluarga memutuskan berhijrah setelah runtuhnya  negeri sosialis yang kami tempati. Semenjak berhijrah, saya dan sekeluarga hidup di masyarakat kapitalis dan selama 20 tahun dapat saya rasakan beberapa hal yang berbeda antara masyarakat sosialis yang dahulu saya rasakan dan masyarakat kapitalis yang kini saya rasakan.

            Terus terang saja, saya sekeluarga merasa amat beruntung karena telah dilahirkan dan pernah hidup di masyarakat sosialis. Tatkala saya tinggal di eropa barat yang kapitalistis satu hal yang amat mengejutkan saya ialah orang-orang disana masih memperjuangkan apa yang telah kami rasakan di Uni Soviet seperti kerja yang layak, hak-hak pekerja yang terpenuhi, sistem kesehatan yang layak atau singkatnya di Uni Soviet dahulu  masa depan kami sangat terjamin, merasa hidup bermartabat tanpa harus mengemis dan meminta-minta, bahkan kami tak perlu merasa bimbang dengan nasib anak kami yang lahir ke dunia. Akan tetapi, jika kuceritakan realita yang pernah kami rasakan di Uni soviet itu kepada orang-orang di Eropa Barat  mungkin media maupun politisi akan kompak merespon bahwa hal seperti itu tidak pernah ada didunia!.

            Suatu saat saya menyadari bahwa hal yang mendasari penyangkalan akan realita soviet itu disebabkan oleh berita bohong yang kerap kali dilontarkan terhadap kondisi kehidupan di Uni soviet dahulu, Namun kenangan yang saya rasakan saat hidup di soviet dahulu  memang amat bertolak-belakang dengan pandangan hidup kapitalis. Saya masih ingat, ada seorang wanita Hungaria yang tinggal di Inggris pernah menulis buku yang isinya hampir serupa dengan buku saya yakni bicara tentang kehidupan masyarakat sosialis di negeri asalnya (Hungaria). Wanita itu adalah Zsuzsanna Clark dan bukunya itu berjudul “Goulash and Solidarity: As Happy as a Squirrel up a tree”. Setelah ia menulis sedikit tentang bukunya tersebut dalam sebuah surat kabar di Inggris, diluar dugaan ia malah dibully dan difitnah oleh khalayak ramai dan pada akhirnya bukunya itu tak pernah dicetak, dan itu amat membuat saya khawatir karena bisa saja saya akan merasakan hal yang serupa. Dalam hal ini sebetulnya saya hanya mengantisipasi, akan tetapi ketahuilah saya sendiri sebetulnya juga turut menjadi sasaran bullying dan gangguan dari otoritas Negara tempat saya tinggal sekarang. Beberapa tahun yang lalu, mereka (otoritas berkuasa) mencoba menghalangi saya untuk menyebarluaskan buku saya sambil menuduh saya hendak mengelak membayar pajak, tapi untungnya versi internet dari buku saya telah tersedia secara gratis disamping itu sejauh ini saya tak menerima uang sepeser pun atas penerbitan versi cetak buku saya dari pihak penerbit, karena bagi saya yang terpenting isi buku saya dapat diketahui banyak orang ketimbang untuk mencari profit.

            Kenapa tatanan kapitalisme yang telah mapan harus takut ketika orang-orang memiliki pandangan positif tentang Sosialisme? menurut  saya kita semua sudah tahu jawabannya. Adapun alasan yang mendorong saya untuk menulis dan menyebarkan buku saya adalah kehendak untuk menyajikan kebenaran yang ditakuti oleh kapitalisme meskipun kapitalisme sendiri mengaku telah “Memenangkan” perang dingin dan mengatakan bahwa sosialisme itu “Telah gagal” padahal jika memang demikian adanya buat apa kapitalisme harus takut pada sosialisme?

            Perlu diketahui pula, butuh waktu yang begitu lama dan banyak halangan serta rintangan sebelum akhirnya saya memutuskan untuk menulis sebuah buku.

            Selama menempuh proses studi di sebuah universitas di barat, saya dihadapkan pada begitu banyak kebohongan tentang kehidupan di Uni Soviet. Didalam buku mata kuliah saya yang berjudul “Ruslandkunde” terdapat opini yang tidak biasa bahkan bagi saya itu merupakan kebohongan yang terang-terangan, salah satu opini dalam buku tersebut mengatakan bahwa “Tidak ada serikat buruh di Uni Soviet!” bagi saya itu termasuk kebohongan karena saya sendiri adalah anggota dari kalangan pelajar di serikat buruh, selain itu di Uni Soviet tidak ada buruh yang dapat diberhentikan tanpa seizin serikat buruh bahkan serikat buruh sendiri memiliki beragam tempat peristirahatan yang biasa dikunjungi oleh para buruh jika hendak berlibur kesana.

            Selain itu pada buku yang sama dikatakan pula “Wanita soviet ikut bekerja karena pendapatan suaminya tak bisa memenuhi kebutuhan hidup!”, sebagai seorang wanita soviet saya sadar bahwa itu adalah kebohongan bahkan terkesan seksis dan menjijikan, karena di Uni Soviet dahulu tujuan saya bekerja ialah agar dapat berkontribusi buat kepentingan masyarakat disamping untuk mengembangkan diri serta mengembangkan kemampuan saya dengan belajar bekerja dari orang lain ataupun berbagi pengetahuan dengan orang-orang yang lebih muda. Jika penulis buku pelajaran itu membaca penjelasan saya ini barangkali ia masih gagal paham alias sukar untuk mengerti.

             Kembali ke Rusia, disaat propaganda kapitalisme disiarkan pada kami untuk pertama kalinya sontak dimana-mana muncul kebingungan karena sebelumnya kami sangat percaya dengan informasi yang disajikan media. Tiba-tiba segala hal yang pernah kami yakini, segala hal yang pernah kami perjuangkan, malah dinodai.  Setelah dengan sia-sia menanti datangnya seseorang yang berani membela dan mempertahankan nilai dan norma sistem masyarakat kami, pada akhirnya saya merasa bahwa itu kewajiban saya juga untuk membela dan memberi tahukan kebenaran tentang Sosialisme serta menangkis segala kebohongan dan fitnah yang dilontarkan terhadap Sosialisme.

            Kejengkelan saya terhadap kebohongan yang diberitakan media kapitalis dan pengalaman pribadi saya di masyarakat kapitalis pula lah yang makin mendorong saya untuk menulis sebuah buku. Tatkala anak perempuan saya masih berumur 4 tahun, kami ditempatkan di tempat perlindungan khusus perempuan di negeri Belanda yang kaya raya. Disana anak saya menderita infeksi salmonella dengan suhu tubuh yang sangat dingin dan kejang-kejang ditengah malam. Di Belanda, seperti negeri barat pada umumnya sebelum dapat memperoleh jaminan kesehatan maka harus memiliki asuransi kesehatan terlebih dahulu. Sebetulnya kami mempunyai asuransi kesehatan akan tetapi saya tak membawa surat menyurat berkenaan dengan asuransi kesehatan tersebut dikarenakan rawat inap yang sifatnya dadakan. Ketika resepsionis memanggil dokter dan dokterpun datang, kata pertama yang diucapkan sang dokter adalah “Siapa yang akan membayar untuk kunjungan saya ini?” padahal saat itu ada jenazah seorang anak perempuan, namun sang dokter  malah enggan melihat kondisinya dan memilih menanyakan apakah ia akan dibayar atau tidak, melihat kondisi seperti itu sang resepsionis menitikkan air matanya lalu bilang pada sang dokter “Biar aku yang membayarmu! Tolong lakukan sesuatu!” keadaan ini mengambat pelayanan anak perempuanku, pada akhirnya anakku mengalami kerusakan otak dikarenakan oksigen yang kurang dan anakku menjadi cacat, walau ia sempat hidup hingga 14 tahun kemudian namun hidupnya penuh dengan perjuangan yang berat karena selalu dipersulit dalam hal pengobatan begitu pula dalam akses pendidikan hingga pada akhirnya anakku menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia ke 18 hanya dikarenakan serangan jantung dadakan yang tak kami ketahui sebabnya dikarenakan anakku tak bisa bicara (Tuna-wicara) serta tak adanya check-up rutin yang gratis bagi siapapun di alam yang katanya “Bebas merdeka” ini.

            Keadaan yang kuceritakan diatas ini akan mustahil adanya didalam sistem sosialis yang memandang pelayanan kesehatan sebagai hak yang paling mendasar bagi setiap manusia, dan bukan sebagai “Pelayanan kesehatan yang diperdagangkan”.

            Jadi, istilah sosialisme maupun kapitalisme hal itu secara tak langsung erat kaitannya dengan hidup-matinya  orang banyak.

            Harus saya katakan pula, bahwa anak perempuan saya sempat terbantu dan bantuan ini tidak mengeluarkan biaya alias gratis! Ketika para dokter Kuba di klinik syaraf Havana, Kuba  berupaya menangani penyakitnya. Saya masih ingat ketika para dokter-dokter kuba itu dengan ramah dan lembut sambil menyanyi dan menari untuk anak perempuan saya saat mengobatinya guna mengalihkan rasa sakitnya. Rasa kemanusiaan yang hangat dan perhatian yang luar biasa semacam ini sungguh bertolak-belakang dengan yang saya alami di dunia barat yang kapitalistis.

            Kunjungan saya ke Kuba inilah yang menjadi alasan kenapa judul buku saya berjudul “Sovietica” yang artinya “Wanita Soviet” dalam Bahasa Spanyol, karena tatkala saya berada di Kuba Sosialis pada tahun 2001 dengan rasa tak percaya diri dan kebingungan setelah pernah disengsarakan dan diberi cobaan hidup sebagai seorang emigrant sehingga saya sempat lupa dengan tanah air saya sendiri, rakyat Kuba malah mengingatkan saya, karena ketika saya bilang saya adalah orang Rusia, rakyat Kuba kebanyakan bilang “Ah, Sovietica!” hal itu turut menyadarkan saya bahwa tak perduli dimanapun rakyat Soviet hidup atau tinggal, namun kita akan tetap menjadi rakyat Soviet dan demikianlah adanya.

            Berkenaan dengan buku yang saya tulis ini, saya menyajikannya seperti sebuah novel dan terdiri atas 3 bagian cerita. Bagian pertama, bercerita tentang kehidupan sehari-hari di keluarga kecil yang tinggal disebuah daerah di Uni Soviet pada akhir 60an hingga akhir 80an saat pemberlakuan Perestroika dan kehancuran Uni Soviet pada awal 90an karena pengkhianatan yang dilakukan oleh sekelompok antek Kapitalis. Pada intinya novel ini lebih menyerupai autobiografi kehidupan saya sendiri.

            Pada bagian ke 2, cerita berpusat pada kehidupan saya di Irlandia Utara dan beberapa Negara barat lainnya termasuk tentang negeri Kuba. Pada bagian ke 2 ini ide pokok yang terkandung dalam cerita adalah perbandingan antara sistem sosialisme dan kapitalisme, dan lagi-lagi isinya juga bernuansa autobiografi kira-kira sekitar 85-90% dari isinya.

            Terakhir pada bagian ke 3, terdapat cerita fiksi petualangan tentang perjuangan anti-imperialis di seluruh dunia. Cerita fiksi petualangan yang romantik ini saya tulis agar dapat menginspirasi para pembaca muda yang sedang mencari arah hidup untuk berjuang, dan gambaran terkait masyarakat dan Negara yang tergambar dalam tulisan di buku saya itu bersumber dari kesan dan pengalaman yang saya dapatkan khususnya pengalaman saya selama berada di Korea Utara.

            Buku yang saya tulis ini bukanlah analisis teoritis atas masyarakat sosialis melainkan sebuah novel yang mencoba mendeskripsikan realita masyarakat sosialis dari contoh konkrit yang bersumber dari keseharian banyak orang, akan tetapi selain itu saya juga mencoba memberi analisis tentang apa yang terjadi atas Uni Soviet dan Rakyat Soviet, tentang sebab mengapa Rakyat Soviet tidak mempertahankan sistem sosialisme padahal mempertahankannya adalah tugas kami, dan tidak lupa pula saya tampilkan beragam isu dan masalah yang Uni soviet hadapi sepanjang 1960-1980an.

            Berikut ini, akan saya perkenalkan sedikit tentang keluarga saya, sebuah keluarga kecil nan sederhana di Uni Soviet.

            Leluhur dari sebelah ibu saya adalah pekerja di pabrik metal kecil di salah satu kota di Rusia. Abang nenek saya yang ikut bekerja dalam pabrik tersebut pada umur ke 17 ikut bergabung dengan Partai Bolshevik begitu pula dengan abang nenek buyutku, mereka berdua turut serta dalam revolusi pertama Rusia pada 1905. Berdasarkan dokumen lama yang kudapatkan, kabarnya mereka berdua pernah diciduk oleh polisi karena  memecahkan kaca jendela rumah pemilik pabrik, setelah terciduk mereka berdua hendak diantar ke desa terdekat dengan dikawal ketat oleh 10 orang polisi, namun ditengah perjalanan mereka ternyata dapat melarikan diri dan mereka malah kembali kerumah pemilik pabrik untuk memecahkan kaca rumahnya lagi!.

            Dikeluarga kami, ibu saya adalah generasi pertama yang mengenyam pendidikan insinyur di universitas. Di universitas ia belajar tentang bidang yang pernah digeluti oleh leluhurnya dahulu yang bekerja di pabrik metal.

            Ibu saya adalah seorang wanita yang cantik, cerdas, serta berkemauan keras. Pada 1969 ia adalah wanita pertama dikota kami yang memakai celana panjang karena ditahun yang sama ia mulai bekerja sebagai insinyur muda di sebuah pabrik dan masih bekerja disana sampai hari ini. Kini ia telah berusia 74 tahun. Setelah pensiun, ia merasa tak betah dirumah lalu beberapa tahun kemudian ia menghubungi direktur pabrik tempat ia bekerja agar dapat dipekerjakan kembali, akhirnya ia kembali dipekerjakan di departemen yang pernah ia geluti selama 15 tahun di pabrik itu. Di pabrik itu, ia berhak untuk menyeleksi siapa yang layak menjadi pemimpin pabrik dari kalangan insinyur muda di pabrik tersebut, dan sekarang ini ibu saya menjadi pelatih bagi calon pemimpin pabrik itu. Hak istimewa yang dimiliki oleh ibu saya ini dikarenakan direktur pabriknya adalah seorang “direktur merah” yang mencoba mempertahankan prinsip sosialis di sebuah pabrik di Negara Rusia yang kapitalistis. Saat masih muda ibu sayaa selalu menjadi pusat perhatian orang-orang, ketika dalam perjalanan bisnis ke Moskow saja ia didatangi oleh seorang wanita yang menawarinya kerja sebagai model di rumah fashion Moskow. Menurutmu apakah ia tertarik dan menerima pekerjaan itu? Jawaban ibu saya malah sebaliknya, ia malah marah-marah sambil bilang “Saya sudah bekerja di bidang yang saya sukai ! buat apa kau menawariku bekerja sebagai gantungan baju?”. Dalam hal ini tampak bahwa ibuku amat setia dengan nilai-nilai sosialis yang selama ini ia yakini.

            Selanjutnya, mengenai leluhur saya dari pihak ayah adalah leluhurnya adalah Cossacks (Orang Kazaki) miskin yang berasal dari selatan Rusia. Cossacks sendiri adalah orang-orang yang leluhurnya berasal dari campuran orang Rusia dan Ukraina yang melarikan diri dari sistem perhambaan yang berlaku di tanah asalnya untuk kemudian berpindah ke wilayah selatan yang bebas dari sistem perhambaan. Orang-orang Cossacks kebanyakan merupakan para pejuang tangguh yang dikemudian hari mendalangi banyak pemberontakan tani Rusia (sebelum revolusi). Karena sukarnya menjinakkan semangat bebas orang-orang Cossacks ini, Tsar Rusia pada saat itu akhirnya menyuap orang-orang Cossacks agar menjadi jinak dan menjadikan mereka sebagai pasukan khusus yang mana pasukan khusus dari orang Cossacks ini turut berperan dalam mengeksplorasi Siberia. Saat pecahnya perang sipil setelah revolusi, orang-orang Cosacks terpecah menjadi 2 golongan yakni antara golongan merah dan golongan putih selaras dengan kelas sosial mereka (kaya dan miskin).

            Saya sendiri lahir disaat rakyat negeri kami merayakan 50 tahun revolusi oktober. Saya tumbuh besar dengan rasa aman dan lingkungan yang nyaman di sebuah masyarakat dimana setiap orang peduli satu sama lain dan dimana kami semua memiliki masa depan yang jelas. Mulai dari sekolah dasar, lanjut ke perguruan tinggi hingga bekerja tak pernah ada pikiran semacam “Akankah aku dapat melunasi hutang-hutangku?” atau “Jika aku sakit keras, bisakah aku dibedah?” karena di masyarakat ini ada semacam pandangan bahwa segala sesuatu dalam hidup tergantung pada kemampuan dan hasratmu untuk bekerja keras. Juara olimpiade kami di cabang seluncur es yakni Irina Rodnina saja selama menjadi atlit ia dilatih secara gratis dan hal itu berlainan dengan pesaingnya dari Amerika yakni Tai Babilonia yang mana ayahnya harus gonta-ganti pekerjaan agar dapat membiayai les seluncur es anaknya (Sumber : On thin ice: Tai Babilonia story (biographic film 1990).

            Dahulu saya memiliki cita-cita hendak menjadi seorang antropolog dan ingin bekerja di Afrika. Saat saya berusia 9 tahun, ibu saya membelikan sebuah buku berjudul “Africa: 400 years of slave trade” dan dari buku ini saya menjadi seorang yang sangat benci pada Imperialisme, dan saat itu saya berpikir karena kami (di Uni Soviet) sudah hidup di alam Sosialisme maka kewajiban saya ialah  pergi ke negeri lain ketika sudah besar dan ikut membantu terwujudnya revolusi  di negeri-negeri itu! Akan tetapi karena keadaan telah berubah kini saya berpikir bahwa tugas yang amat penting bagi saya hari ini adalah ikut serta bersama banyak orang untuk merestorasi sosialisme di negeri kami!.

            Saat berkunjung ke Korea Utara, saya menyadari ada beberapa hal yang sebetulnya keliru saat Uni Soviet masih ada dahulu. Di korea utara, kawan-kawan memberi perhatian yang sungguh-sungguh dalam bidang pendidikan politik yang ditujukan untuk membentuk manusia yang baru yang sesuai dengan masyarakat baru, berlainan dengan Uni Soviet dahulu yang hanya menitikberatkan pada perubahan sistem ekonomi dengan membangun masyarakat sosialis tanpa membangun manusia sosialis dan dalam hal inilah saya mengira Uni Soviet telah mengambil jalan yang keliru, karena dengan terbentuknya manusia baru maka masyarakat baru itu selanjutnya akan dapat dipertahankan dan dikembangkan, namun semenjak Khruschev berkuasa upaya pembentukan manusia baru dihentikan setelah sempat diprioritaskan pada 1920 s/d 1940 dan pada akhirnya langkah yang diambil oleh pemerintah Soviet sejak Khruschev berakibat fatal karena telah menyeleweng dari cita-cita seperti yang diajarkan Marxisme. Oleh karena itu dalam hal ini kita harus belajar banyak dari kawan-kawan yang ada di Korea Utara. Saya ingat, kawan saya dari korea pernah bilang bahwa “Rakyat dididik tidak hanya saat kecil namun pendidikan itu tetap ada selama rakyat masih hidup”.

            Berkaitan dengan buku saya ini, mungkin akan terkesan lebih politis ketimbang buku yang ditulis oleh wanita Hungaria itu sebab alasan saya menulis buku bukanlah sebatas untuk mengingat masa lalu atau bernostalgia akan tetapi saya hendak menginspirasi dan menjadikan pembaca buku saya termotivasi untuk berjuang.

            Ketahuilah, buku yang saya tulis ini saya peruntukkan pada beberapa kategori pembaca. Pertama, sudah tentu untuk orang-orang yang berasal dari generasi saya maupun para lansia yang masih ingat dengan kehidupan sosialistis namun mereka seperti halnya Zsuzsanna, terlalu takut untuk bicara banyak tentang sosialisme, padahal hari ini hal-hal yang berbau sosialis menjadi sasaran fitnahan seperti yang pernah dikatakan oleh Presiden Rusia bahwa “Tidak ada satupun didunia ini yang membutuhkan apa yang diproduksi oleh Uni soviet bahkan sepatu karet kami hanya dibeli oleh orang-orang Afrika untuk berjalan diatas pasir yang panas” (Untuk link pidato sila search: https://youtu.be/onki6_Prtm4). Dengan adanya buku yang saya tulis ini, semoga orang-orang menyadari bahwa kami –rakyat Uni Soviet- merasa sangat bahagia hidup dimasyarakat sosialis!.

            Kedua, buku ini saya tulis tentu saja untuk para kaum muda yang tak pernah merasakan secara langsung masyarakat sosialis, karena kaum muda hari ini lebih banyak dijejali  kebohongan tentang sosialisme melalui media serta sarana pendidikan yang ada, meski pada akhirnya tak sedikit kaum muda yang mempertanyakan kebohongan ini, tidak sedikit yang mengetahui kebenarannya, juga tak sedikit yang pada akhirnya belajar tentang Sosialisme.

            Dan buku ini, tentu saja saya tulis untuk teman-teman saya yang berada diluar negeri karena lewat buku ini saya dapat menunjukkan beberapa hal yang pernah dicapai oleh masyarakat sosialis di Uni soviet, dan tentu saja tujuannya agar teman-teman saya dapat terinspirasi dan sadar bahwa dunia baru itu dapat diwujudkan apabila diperjuangkan! Karena kenyataannya dunia itu masih ada dan masih eksis dibeberapa belahan dunia!

          Butuh waktu sekitar 2 tahun untuk menerjemahkan buku ini kedalam bahasa Inggris sedangkan saat saya menulis buku ini dalam bahasa Rusia, waktu yang saya habiskan sekitar 10 bulan. Untungnya! Kini buku ini telah tersedia tidak hanya dalam bahasa Inggris namun juga dalam bahasa Perancis,  Sinhala, dan bahasa  Belanda, dan rencananya buku ini hendak diterjemahkan kedalam beberapa bahasa lagi.

            Saat saya berhasil menyelesaikan penulisan buku ini, saya merasa bahwa pada akhirnya saya telah menunaikan segala kewajiban saya. Untuk pertama kalinya buku ini diterbitkan dalam bahasa rusia dan dapat diakses secara gratis di Internet dan tanpa disangka ternyata buku ini amat banyak dibaca, dan pembacanya berasal dari segala usia mulai dari yang umur 20-an sampai yang tertua umur 85, bahkan kabarnya  para diaspora rusia yang ada diluar negeri juga ikut membaca, dan itu membuat saya merasa tersentuh. Saat buku ini akan diterbitkan di Belgia, diadakanlah sebuah presentasi dan dengan ini saya harap para migran yang berasal dari Rusia akan datang dengan beragam pandangan serta pendapat. Setelah presentasi saya sampaikan ternyata dari kalangan penonton khususnya, hanya ada 1 pendapat dan itupun pendapat yang cukup buruk bahkan ketika pendapat itu disampaikan saya malah tak mendapat kesempatan untuk menjawab hingga para hadirin pembaca pada akhirnya menyuruh orang yang berpendapat itu berhenti. Pada akhirnya, hadirin pembaca mengucapkan terima kasih pada saya karena telah berani menyampaikan dan mengekspresikan apa yang pernah mereka rasakan suatu ketika dahulu. Dan dari buku saya itu, para pembaca mengaku amat terkesan karena isinya amat merepresentasikan ingatan dan perasaan mereka, respon para pembaca itu antara lain sebagai berikut:

“Saya baru saja menyelesaikan bagian ke 9 buku anda, dan saya langsung menangis. Buku yang anda tulis itu sangat bagus!. Kita harus membuka mata orang-orang pada fakta yang hari ini telah hilang”

“Sangat menarik! Mulai dari “Kepulauan anti gulag”, melawan kapitalisme, karakter utamanya (bukan naratornya) bahkan cara pandangnya tentang kapitalisme : dilihat dari kacamata orang-orang soviet!. Kehidupan hari ini penuh dengan keputusasaan dimana banyak orang bernaung dibawah payung kapitalisme. Hidup dialam kapitalistis menjadikan kita ibarat tumbuhan yang hidup disebuah areal yang sempit dan sesak sampai bertahun-tahun lamanya, tertunduk lesu ketika diterpa badai keuangan, dan kemudian tumbuh dan tegak kembali seperti sediakala…hingga pada akhirnya kita tersadar bahwa ternyata kehidupan telah meninggalkan kita. Kaum kapitalis dengan lihai menyembunyikan fakta bahwa rakyat hari ini hidup bak sebuah tumbuhan dan rakyat hanya sebatas menerima fakta yang ada tanpa pernah tau bagaimana fakta bekerja, padahal disekeliling rakyat sebuah parasit yang mematikan sedang tumbuh seenak-enaknya namun rakyat tak sadar bahwa parasit ini dapat dibunuh, parasit itulah kapitalisme yang secara perlahan menghancurkan kehidupan orang banyak, tapi orang-orang hari ini malah terjebak dan termakan oleh norma dan orangorang enggan menelaah bahkan tidak pernah menelaah fakta disekelilingnya bahwa kapitalisme menghisap segala tenaga hidup mereka, padahal bila kapitalisme dihapuskan maka orang-orang akan merasa leluasa untuk hidup”.

“Terima kasih banyak! Saat membaca novelmu saya merasa seperti habis minum air yang sangat segar setelah sekian lama diracuni, tapi terkadang saya merasa sangat sakit, malu dan marah hingga membuat saya sulit melanjutkan bacaan saya. Saya ingin buku anda diterjemahkan dalam bahasa Inggris karena sebenarnya saya ingin banyak orang tahu tentang ini! Saya akui, hidup saya seperti zombie semenjak termakan sihir kaum kapitalis. Satu-satunya masalah hidup yang saya rasakan adalah rasa tertekan karena saya tak bisa hidup dibawah aturan baru, sulit untuk hidup dengan gagasan yang semestinya digapai pada hari ini, bahkan sulit untuk membayangkan apa yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya, walau begitu saya amat berterima kasih pada anda! Dan saya yakin anda adalah pejuang sejati, seorang yang amat percaya diri, independen serta tak kenal takut!”.

“Terus terang, saya merasa takjub! Dan saat membuka halaman pertama buku anda tanpa saya sadari sebelumnya ternyata saat itu tepat pada malam May Day!. Dibuku ini anda secara tepat menggambarkan semua masa lalu saya, masa lalu ibu saya, bahkan masa-masa indah di Uni Soviet! Saya ingat begitu banyak kenangan yang kembali diceritakan ibu saya setelah ia membaca kisah anda di salah satu koran dan ini amat luar biasa!. Saya akui walau kita tinggal ditempat yang berbeda namun kita punya banyak kesamaan terutama pikiran dan perasaan yang sama! ketahuilah isi buku anda amat memantik nostalgi saya dan hal ini akan tetap saya ingat hingga akhir hidup saya!”.

“Bagi saya buku anda bagai hembusan angin yang menyegarkan, bagai meneguk sebuah air putih. Bagi saya anda adalah orang pertama yang berani menyuarakan kebenaran didalam rumah sakit jiwa ini. Anda bagai seorang bocah lelaki yang berani berteriak bahwa raja sedang telanjang!”.

“Pada mulanya aku tak tahu apa yang harus kulakukan, namun kini aku tahu bahwa ada sesuatu yang harus aku lakukan!. Kita tak bisa sekedar duduk bermalas-malasan dan kita sudah terlalu banyak kehilangan waktu berharga! Kita harus mendidik anak-anak kita untuk menata ulang negeri kita! Kita harus banyak berpikir tentang kepentingan orang banyak!”.

Kurang lebih respon-respon semacam inilah yang saya harapkan ketika saya mulai menulis, dan respon seperti ini sangat menyenangkan saya. Sekarang rencana saya adalah menulis lanjutan dari buku saya atau di Hollywood  disebut sebagai “Sekuel”, dan buku lanjutan ini akan saya selesaikan penulisannya apabila buku ini akan mendapat respon yang sama atau setidaknya berada pada level yang sama seperti buku pertama saya! Dan judulnya ialah “Sovietica Extremista: overcoming “I can’t”. inspirasi dari judul ini datang dari ekspresi yang biasa dikatakan oleh nenek saya jika saya bilang “Oh, saya tak bisa!” maka nenek saya dengan mudahnya akan bilang “Kamu harus bisa melampaui sikap “Saya tak bisa!” karena dengan beginilah nenekmu bisa hidup dahulu.

Pada akhirnya, saya harap semoga rakyat di Negara lain dan dibenua lain dapat turut membaca isi buku saya ini karena dari buku ini dapat dipelajari pengalaman kami di Uni Soviet baik dari segi positif maupun negatifnya, dan kehadiran buku saya mudah-mudahan dapat menginspirasi banyak orang agar memperjuangkan satu-satunya masa depan yang pantas dan layak bagi umat manusia, yakni masa depan yang Sosialistis!.  

 

Referensi tulisan : Book ILPS 6th IA February 2020 Revision, hal 202 s/d 210

 

             

         

         

         

         

           

         

         


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kronologi Kasus Kekerasan Akademik UNAS

SOEKARNOISME DI MATA LENINIS

Kebangkitan Asia (1913)